Kumpulan Cerita dan Dongeng Anak Anak ============================================ Ebook Cersil, Teenlit, Novel (www.zheraf.net) Gudang Ebook Ponsel http://www.ebookHP.com ============================================ 36. Tiga Mantra, Satu Tenaga dikirim oleh : Indras Sekarang Bella Safira sudah berusia enam tahun. Di Negeri Peri Jelita, peri yang sudah berumur enam tahun dan tidak nakal, akan mendapat tiga mantra percobaan dari Peri Mulia, ratu para peri. Tiga mantra percobaan itu harus digunakan untuk kebaikan. Bila berhasil, akan diberikan mantra tambahan. Sebaliknya, bila salah mempergunakan mantra, si peri akan mendapatkan hukuman. Misalnya membersihkan kebun, membantu Peri Petani di ladang, menambal pakaian rusak pada Peri Penjahit, dan masih banyak lagi. Hari itu Bella Safira sedang berjalan dengan riangnya. Mulutnya komat-kamit menghapalkan mantra yang baru diberikan Peri Mulia. Di tengah jalan, ia bertemu Beby Ayu yang membawa sekeranjang rumput. Beby Ayu baru mendapat hukuman, membantu Peri Penggembala. Sekeranjang rumput itu untuk makanan sapi-sapi di kandang. "Wah, kamu kelihatan bahagia sekali, Bella Safira!" sapa Beby Ayu ramah. "Ya, aku baru saja mendapatkan tiga mantra percobaan dari Peri Mulia," balas Bella Safira riang. "Selamat, ya. Kuharap kau bisa memakainya dengan baik. Tidak seperti aku yang membuat satu kesalahan," ucap Beby Ayu tulus, "Waktu itu aku sebenarnya ingin melidungi sarang burung dari gangguan anak nakal. Eh, tapi ternyata aku malah membuat marah sekawan lebah karena sarangnya aku ganggu dengan mantraku. Lebah itu menyerang anak-anak nakal itu hingga mereka terpontang-panting," cerita Beby Ayu sedih. "Lain kali kau pasti bisa menggunakannya dengan baik. Terima kasih atas nasehatmu, Beby Ayu," ujar Bella Safira lantas melanjutkan perjalanan. Ia sudah tak sabar ingin menggunakan mantranya! Pada sebuah tikungan, Bella Safira melihat pedati yang penuh gandum. Pedati itu tidak bisa berjalan karena sapi penariknya kelelahan. Pak Pedati pun tampak putus asa. Sapinya tidak mau bergerak. Apalagi jalan agak mendaki. Bella Safira memperhatikan Pak Pedati dari tempat persembunyiannya. Dia ingin menolong Pak Pedati dengan mantra pertamanya. Tapi dia tidak boleh ketahuan manusia. "Kulama… kulama…" Bella Safira mengucapkan mantra pertama sambil mengerahkan tangannya ke pedati. Tiba-tiba pedati itu bergerak karena sapinya mulai mau berjalan. Ya, Bella Safira membuat beban pedati menjadi ringan. Pak Pedati pun melanjutkan perjalanannya dengan gembira. Ketika berjalan di pinggir sungai, Bella Safira melihat Pak Pengail yang sedang bersedih. Ia belum mendapatkan ikan sejak pagi. "Padahal keluargaku perlu lauk untuk makan siang nanti. Dan sisanya akan kujual di pasar. Tentu anak-anakku akan kecewa," gumam Pak Pengail murung. Bella Safira sedih mendengarnya. "Birdapa… birdapa…!" Bella Safira mengucapkan mantra kedua. Tangannya diarahkan ke kail. Tak lama kemudian terdengar seruan Pak Pengail. "Oh, aku dapat ikan!" seru Pak Pengail riang. Bella Safira berlalu sambil tersenyum. Hari itu Pak Pengail pasti akan dapat banyak ikan. Bella Safira melewati sebuah hutan kecil. Ia melihat seorang nenek pencari kayu bakar. Jalannya tertatih-tatih. Agaknya kayu bakar yang dibawanya berat sekali. Bella Safira tidak tega melihatnya. "Uramba… uramba…!" Bella Safira mengucapkan mantra ketiga. Tangannya diarahkan ke tumpukan kayu bakar yang dibawa si nenek. Nenek itu agak heran karena beban yangdibawanya terasa ringan. Ia tahu ada yang menolongnya. Tapi entah siapa. Si nenek melanjutkan langkahnya dengan ringan dan gembira. Di tempat persembunyiannya, Bella Safira tersenyum puas. Hari itu dia telah berhasil mempergunakan mantranya dengan baik. Berarti nanti dia akan mendapatkan tiga buah mantra lagi. Oh, betapa senang hati Bella Safira. Setiba di perkampungan penduduk, tiba-tiba Bella Safira mendengar tangis seorang anak kecil. Bella Safira mendatangi rumah asal suara itu. Tangis anak itu tidak juga berhenti. Bella Safira mengintip lewat jendela. Tidak ada orang lain selain anak itu. Mungkin dia baru bangun. Bella Safira mendekati anak kecil itu. Umurnya kira-kira satu tahun. Bella Safira membujuknya agar berhenti menangis. Tapi tidak berhasil. Bella Safira mulai kesal. Coba kalau mantranya belum habis, tentu dia akan menyihir agar mainan anak itu menjadi hidup. Dan mainan-mainan itu yang akan menghibur anak kecil itu. Tapi Bella Safira tidak putus asa. Ia mulai bernyanyi sambil menari-narikan boneka badut dengan tangannya. Anak kecil itu mulai diam. Bella Safira lalu menunggang boneka kedelai kian kemari dan menari-nari jenaka. Anak kecil itu mulai tertawa. Bella Safira senang melihatnya. Ia lalu menerbangkan sebuah boneka burung dengan tangannya. Suaranya mendengung-dengung seperti lebah. Anak kecil itu bertepuk-tepuk tangan dengan riang. Akhirnya anak kecil itu mau bermain sendiri. Tapi Bella Safira malah terbaring kelelahan. Keringatnya bercucuran. Napasnya memburu. Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Bella Safira buru-buru menyelinap pergi. "Oh, Si Kecil sudah bangun. Ibu ke pasar membeli susumu," ujar wanita itu. Anak kecil itu tertawa senang. Diam-diam Bella Safira meninggalkan rumah itu. Tugasnya hari itu telah selesai dengan baik. Tapi ada kejutan untuk Bella Safira begitu ia tiba di Negeri Peri Jelita. "Bagus Bella Safira. Kamu berhasil mempergunakan mantramu dengan baik. Aku akan memberikan tiga mantra lagi untukmu," ujar Peri Mulia," Ditambah tiga mantra lagi sebagai hadiah," lanjut Peri Mulia. Bella Safira ternganga tidak mengerti. Tiga mantra hadiah? "Kamu mempergunakan tenaga sendiri ketika mengasuh anak kecil itu, Bella Safira. Itu juga sebuah kebaikan," kata Peri Mulia. "Ya, ya, terima kasih, Peri Mulia," ucap Bella Safira senang. Dia mendapat enam mantra hari itu! Tapi… hari itu Bella Safira lebih memilih beristirahat. Sebab dia lelah sekali. Tamat